Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah meningkat. Hipertensi dapat terjadi selama bertahun-tahun tanpa disadari oleh penderitanya. Bahkan, tanpa gejala sekalipun, kerusakan pembuluh darah dan jantung terus berlanjut dan dapat dideteksi.
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke.
Untuk mencegah hipertensi, disarankan untuk menjaga berat badan ideal, tidak merokok, olahraga teratur, dan menghindari stres. Selain itu, kurangilah asupan garam dan mengonsumsi makanan yang kaya akan omega-3, kalium, kalsium, dan magnesium.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, pada beberapa orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi dapat muncul gejala berupa:
- Sakit kepala
- Mimisan
- Nyeri dada atau sesak napas
Meski demikian, gejala hipertensi ini tidak spesifik dan baru muncul jika tekanan darah terlalu tinggi dan mengancam nyawa.
Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi bisa sangat bervariasi pada setiap kasus tekanan darah tinggi. Namun, resiko hipertensi meningkat untuk individu dengan kondisi berikut:
- Usia di atas 65 tahun
- Kelebihan berat badan
- Memiliki kecenderungan tekanan darah tinggi
- Tidak memiliki pola makan yang sehat, misalnya tinggi garam, kurang potasium dan rendah buah & sayuran
- Jarang berolahraga
- Sering mengkonsumsi alkohol atau kopi (atau minuman yang mengandung kafein)
- Perokok
- Memiliki gangguan tidur atau tidak cukup tidur
- Sering stres
- Memiliki kondisi kronis lain, misalnya penyakit ginjal atau diabetes
Tekanan darah tinggi juga bisa dialami oleh wanita hamil dan anak-anak. Pada anak-anak, hipertensi mungkin terjadi karena gangguan organ seperti hati atau jantung. Namun, gaya hidup seperti kurang berolahraga, pola makan yang tidak sehat atau obesitas, bisa meningkatkan risiko hipertensi pada usia kanak-kanak. Jika ditinjau dari sumber penyebabnya, ada dua jenis hipertensi yaitu:
Penyebab tekanan darah tinggi atau penyebab hipertensi dibagi menjadi:
Hipertensi primer
Hipertensi primer menyerang 90% penderita hipertensi. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti dan cenderung terjadi bertahap selama bertahun-tahun. Faktor gaya hidup dan genetik diduga memiliki peranan penting.
Hipertensi sekunder
Hipertensi yang diketahui penyebabnya, terjadi pada 5-10% penderita hipertensi. Biasanya muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Beberapa kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi tipe ini antara lain sleep apnea, masalah ginjal, tumor kelenjar adrenal, masalah tiroid, cacat bawaan dalam pembuluh darah, dan obat-obatan tertentu (pil KB, obat flu, obat antinyeri).
Diagnosis Hipertensi
Diagnosis tekanan darah tinggi atau hipertensi sangat mudah sekali, yakni dengan dengan menggunakan alat pengukur tekanan.
Pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
- Tekanan darah normal. Tekanan darah Anda normal jika di bawah 120/80 mm Hg.
- Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120-139 mm Hg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80-89 mm Hg. Prahipertensi cenderung memburuk dari waktu ke waktu.
- Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140-159 mm Hg, atau tekanan diastolik berkisar 90-99 mm Hg.
- Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mm Hg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mm Hg atau lebih tinggi.
Dokter mungkin akan melakukan dua sampai tiga kali pembacaan tekanan darah, masing-masing pada tiga atau lebih pertemuan terpisah sebelum mendiagnosis Anda dengan hipertensi. Hal ini dikarenakan tekanan darah biasanya bervariasi sepanjang hari.
Selain itu, dokter mungkin akan meminta Anda untuk mencatat tekanan darah Anda di rumah dan di tempat kerja untuk memberikan informasi tambahan.
Cara Membedakan antara Hipertensi Primer & Sekunder
Untuk menghindari salah diagnosis antara hipertensi primer dan sekunder, gunakan beberapa penanda perbedaan sebagai berikut:
- Hipertensi sekunder muncul secara mendadak sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 55 tahun. Hipertensi primer menyerang secara perlahan dan rentan terdiagnosis di bawah usia 65 tahun.
- Hipertensi sekunder umumnya tidak berkaitan dengan faktor genetik.
- Penderita hipertensi sekunder tidak obesitas.
- Tekanan darah pada hipertensi sekunder bisa mencapai tingkat akut (lebih dari 180/120 mmHg).
- Hipertensi sekunder tidak dapat diatasi hanya dengan satu atau dua jenis obat hipertensi (bersifat resisten).
Pengobatan & Pencegahan Hipertensi (Primer & Sekunder)
Karena faktor penyebab yang berbeda, cara pengobatan untuk hipertensi primer dan sekunder juga berbeda. Dokter umumnya akan mengidentifikasi jenis hipertensi yang diderita lalu melakukan pendekatan pengobatan yang paling tepat untuk masing-masing pasien. Beberapa pengobatan umum untuk kedua jenis hipertensi ini adalah:
1. Hipertensi Primer
Dokter umumnya akan menganjurkan agar pasien melakukan perubahan gaya hidup yang tidak sehat dengan harapan bisa menurunkan tekanan darah dan mencegah hipertensi. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain mengurangi konsumsi garam dan mengubah pola makan menjadi lebih sehat, mengurangi konsumsi alkohol, mengurangi konsumsi kafein, menurunkan berat badan jika dirasa perlu, berolahraga rutin, berhenti merokok.
Jika dianggap perlu atau jika perubahan gaya hidup tidak menunjukkan hasil, dokter juga mungkin bisa memberikan satu atau lebih jenis obat hipertensi untuk langkah pencegahan.
2. Hipertensi Sekunder
Pengobatan untuk hipertensi sekunder harus disertai dengan usaha untuk mencari tahu apa penyebab utama hipertensi; misalnya kondisi medis lain atau penggunaan resep obat yang memicu naiknya tekanan darah. Dokter juga mungkin akan menganjurkan perubahan gaya hidup sehat serta memberi beberapa jenis obat pereda hipertensi.
Jika hipertensi diabaikan, dikhawatirkan akan muncul risiko komplikasi yang serius karena tekanan darah menjadi tidak terkendali dan mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul antara lain stroke atau serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, sindrom metabolisme, kehilangan fungsi memori, hingga pikun.
Demi menghindari komplikasi, dokter dan pasien harus bekerja sama selama rentang waktu tertentu untuk mencari solusi yang paling efektif. Karena itu, pengobatan hipertensi bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Namun, pastinya Anda harus berkonsultasi dan mengikuti anjuran resep obat hipertensi untuk hasil kesembuhan yang paling maksimal.
Pengobatan Hipertensi
Pengobatan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang utama adalah dengan modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat yang dapat diterapkan, di antaranya:
- Mengurangi asupan garam
- Olahraga teratur
- Menurunkan berat badan
- Berhenti merokok
Obat antihipertensi diberikan jika tidak ada perubahan setelah modifikasi gaya hidup. Ada banyak jenis obat antihipertensi yang terdiri dari golongan ACE-inhibitor, beta-blocker, thiazide, angiotensin II receptor blockers, calcium chanel blocker, dan sebagainya.
Semua obat tersebut berfungsi menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara kerja yang berbeda-beda. Indikasi pemberian obatnya pun berbeda-beda disesuaikan dengan usia, derajat hipertensi, dan penyakit lain yang mendasari.
Awalnya dokter akan memberikan satu jenis obat hipertensi dengan dosis paling rendah dan diobservasi selama beberapa waktu. Jika tidak efektif, maka dokter akan meningkatkan dosis obat atau menambahnya dengan obat antihipertensi yang lain.