Klinik Dewata Tirta Medika

Senin - Minggu : 07:00 - 21:00

Apa itu KB IUD?

Ceritaku Saat Menggunakan KB Spiral (IUD) - kumparan.com

IUD adalah singkatan dari intrauterine device atau bisa juga disebut sebagai KB spiral. Ya, IUD adalah sebuah alat berbahan plastik yang memiliki bentuk seperti huruf ‘T’ dan dipasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. KB IUD atau KB spiral ini terbagi dalam dua jenis yaitu:

  • IUD yang dilapisi tembaga atau IUD non-hormonal.
  • IUD yang menghasilkan hormon progesteron atau IUD hormonal.

Meski sama-sama KB IUD, akan tetapi kedua jenis KB spiral ini memiliki cara yang berbeda dalam mencegah kehamilan.

Bagaimana cara kerja KB IUD?

Mengingat KB IUD adalah alat kontrasepsi yang terbagi ke dalam dua jenis, maka cara kerja dari KB IUD juga dibedakan berdasarkan jenisnya.

Sebagai contoh, dilansir dari Kids Health, KB IUD yang dilapisi tembaga adalah KB spiral non-hormonal yang membantu Anda mencegah kehamilan dengan cara menghalangi sel sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi atau saluran antara rahim dengan indung telur, sehingga tak bisa bertemu dan membuahi sel telur. Alat ini juga membuat sel telur lebih sulit untuk dibuahi di dalam rahim.

Sementara itu, KB IUD hormonal adalah KB spiral yang memiliki kandungan hormon progesteron sintetis. Penggunaan KB IUD yang satu ini akan menyebabkan lendir serviks mengental dan bisa membuat sperma kesulitan berenang di dalam rahim.

Selain itu, IUD adalah alat kontrasepsi yang juga dapat menipiskan dinding rahim yang seharusnya menebal saat pembuahan terjadi. Tentu hal ini dapat menghentikan terjadinya ovulasi dan mencegah sel sperma membuahi sel telur. KB spiral ini juga dapat mengurangi aliran darah untuk wanita dengan menstruasi yang sering kali menyebabkan rasa sakit, atau lebih sering dikenal dengan sebutan dismenore.

Apakah alat kontrasepsi IUD efektif mencegah kehamilan?

Jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, KB IUD adalah salah satu alat kontrasepsi yang dapat bekerja secara efektif mencegah kehamilan. Bahkan, kedua jenis KB spiral ini sama-sama efektif untuk digunakan jika Anda tidak ingin hamil untuk sementara waktu.

KB IUD adalah alat kontrasepsi yang cocok bagi Anda dan pasangan yang masih ingin menikmati masa-masa berdua dan belum siap memiliki momongan. Bahkan, KB IUD adalah alat kontrasepsi yang bisa langsung mencegah terjadinya kehamilan setelah dipasang di dalam tubuh.

Selain itu, KB spiral ini bisa bertahan untuk waktu yang lama. Sebagai contoh, KB IUD non-hormonal yang dilapisi tembaga bisa bertahan hingga 10 tahun. Sementara, IUD hormonal yang mengandung progestin sintetis dapat bertahan selama 3-5 tahun.

Itu sebabnya KB IUD adalah pilihan yang baik bagi wanita yang belum ingin memiliki momongan. Selama beberapa tahun, hanya 1 dari 100 pasangan yang menggunakan IUD akan mengalami kehamilan. Di samping itu, walaupun IUD bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama, dokter atau ahli medis kesehatan bisa mencabut KB spiral ini dari dalam tubuh Anda kapan saja.

Sayangnya, KB spiral ini tidak bisa melindungi Anda dari penyakit menular seksual. Oleh sebab itu, untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin antara Anda dan pasangan, sebaiknya gunakan kondom saat berhubungan seks.

Apa saja kelebihan dari penggunaan KB spiral ini?

Jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, misalnya pil KB, KB IUD adalah kontrasepsi yang jauh lebih efektif. Pasalnya, Anda tidak perlu repot mengingat minum pil KB secara teratur, bergonta-ganti alat, atau mengisi ulang resep setiap saat.

Kemampuan KB spiral ini untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama tentu sangat menghemat waktu dan tenaga. Khususnya bagi Anda yang merasa tidak bisa telaten dengan jadwal minum obat setiap hari. Keunggulan ini adalah salah satu alasan yang membuat IUD menjadi alat pencegah kehamilan yang paling efektif dibandingkan alat kontrasepsi lainnya.

Selain itu lebih efisien, kelebihan lainnya dari IUD adalah alat kontrasepsi ini bisa dilepas kapan saja tanpa harus memengaruhi kesuburan Anda. Dengan begitu, setelah alat ini dilepas, kesuburan Anda bisa langsung kembali normal. Di samping itu, KB IUD adalah alat kontrasepsi yang aman untuk ibu yang sedang menyusui.

Penggunaan IUD ini juga dapat membantu Anda mengurangi risiko terkena kanker serviks dan kanker endometrium, serta tidak memberikan efek samping peningkatan berat badan layaknya salah satu efek samping pil KB. IUD hormonal bahkan bisa mengurangi nyeri dan kram PMS, mengurangi aliran darah yang terlalu deras selama menstruasi, dan menurunkan risiko kehamilan ektopik.

Apa saja efek samping dari KB IUD?

Sementara itu, sama halnya dengan alat kontrasepsi lain, KB IUD juga memiliki kekurangan berupa beragam efek samping penggunaan. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan KB IUD, di antaranya adalah:

Efek samping yang mungkin terjadi ketika Anda menggunakan KB IUD adalah:

  • Siklus menstruasi Anda tidak teratur pada beberapa bulan pertama saat baru menggunakan KB IUD
  • Saat menstruasi, Anda mungkin akan mengeluarkan lebih banyak darah dari biasa
  • Saat menggunakan KB IUD non-hormonal, Anda mungkin akan merasakan kram perut yang sangat hebat saat menstruasi
  • Jika menggunakan IUD progesteron, periode menstruasi Anda akan lebih ringan dan cepat atau Anda bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali.
  • Dengan IUD hormonal, Anda dapat merasakan berbagai gejala mirip PMS seperti sakit kepala, jerawat, mual dan nyeri pada payudara.

Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan KB IUD

Sedikit berbeda dengan efek samping, ada beberapa masalah yang mungkin Anda alami jika menggunakan KB IUD. Biasanya, masalah ini terjadi karena pemasangan IUD kurang tepat, sehingga timbul masalah, contohnya adalah:

IUD lepas sendiri

Meski tidak selalu terjadi pada setiap wanita yang menggunakannya, KB IUD bisa lepas sendiri dari rahim wanita secara tak sengaja. Sayangnya, masih belum diketahui dengan pasti mengapa IUD bisa lepas dengan sendirinya. Namun, IUD yang lepas dengan sendirinya adalah hal yang rentan terjadi saat Anda sedang menstruasi.

Di samping itu, ada wanita yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini. Sebagai contoh, wanita yang tidak pernah hamil sebelumnya, wanita yang usianya kurang dari 20 tahun, wanita yang menggunakan IUD setelah aborsi di trimester kedua kehamilannya.

Anda bisa memeriksa posisi IUD, apakah masih tetap berada di tempatnya dengan merasakan benang (dokter atau perawat bisa menjelaskan pada Anda cara melakukannya). Akan lebih baik untuk membiarkan dokter Anda mengetahui keputihan vagina yang mengganjal, kram atau nyeri, demam, atau panjang benang IUD berubah.

Oleh karena itu, hal yang lebih baik Anda lakukan adalah mengunjungi dokter untuk memeriksa posisi IUD dalam tiga bulan pertama sejak IUD dipasang.

Perforasi rahim (lubang pada rahim)

Sebenarnya, kondisi ini memiliki kemungkinan yang amat kecil untuk terjadi. Pasalnya, jika pemasangan IUD dilakukan dengan tepat, seharusnya perforasi rahim adalah hal yang  hampir tidak mungkin terjadi. Ya, perforasi rahim adalah kondisi saat terdapat lubang pada rahim akibat IUD menembus dinding rahim saat dipasang. Hal ini mungkin terjadi karena IUD terdorong hingga melalui dinding rahim saat sedang dimasukkan ke dalam.

Penyakit infeksi radang panggul

Kondisi lain yang juga mungkin terjadi karena penggunaan IUD adalah penyakit radang panggul. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam rahim saat IUD dipasang. Namun, kebanyakan infeksi terjadi dalam kurun waktu 20 hari pertama setelah penempatan IUD.

Perlindungan KB spiral terhadap penyakit menular seksual

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, meski KB IUD adalah alat kontrasepsi yang tergolong paling efektif, KB spiral ini tidak bisa melindungi Anda dari penularan penyakit kelamin. Oleh karena itu, jika Anda ingin melakukan hubungan seks dengan pasangan, gunakan kondom agar lebih aman.

Penggunaan kondom ini akan memaksimalkan efektivitas IUD dalam mencegah kehamilan sekaligus melindungi diri Anda terhadap penyakit menular seksual. Dokter atau praktisi akan memeriksa dan memastikan Anda tidak memiliki penyakit menular seksual sebelum memasang IUD.

Menggunakan IUD bersamaan saat Anda memiliki infeksi adalah hal yang bisa menjadi penyebab Anda mengalami peradangan panggul. Sementara itu, tidak melakukan hubungan seksual adalah satu-satunya metode yang selalu mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual.

Leave a comment