Pengertian Preeklamsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat ini edema pada ibu hamil dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria ditetapkan apabila dalam urine terdapat protein ≥ 300 mg/ml dalam urine tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl urin acak tengah yang tidak menunjukan tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Preeklampsia atau preeclamptic toxaemia adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul saat trimester II kehamilan dan biasanya pulih pada masa postnatal
Faktor Risiko Preeklamsia
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang ibu hamil alami preeklamsia, antara lain:
- Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
- Hipertensi kronik (riwayat tekanan darah tinggi sebelum usia 20 minggu kehamilan).
- Kehamilan pertama.
- Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
- Usia > 40 tahun.
- Ras.
- Obesitas.
- Kehamilan ganda/lebih.
- Jarak yang terlalu lama dari kehamilan sebelumnya (>10 tahun).
- Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes tipe 2, penyakit ginjal, atau lupus.
- Kehamilan yang terjadi dengan bantuan (inseminasi atau bayi tabung).
Penyebab Preeklamsia
Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor. Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. Ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke plasenta menjadi terbatas.
Penyebab dari pembentukan yang abnormal ini antara lain adalah:
- Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pada sel-sel darah.
- Masalah pada sistem imunitas.
- Beberapa gen.
Gejala Preeklamsia
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke bidan maupun ke dokter. Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan preeklamsia, antara lain:
- Nyeri kepala.
- Gangguan penglihatan (menjadi buram).
- Nyeri perut kanan atas.
- Mual dan muntah.
- Produksi urin menurun.
- Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
- Gangguan fungsi hepar.
- Sesak napas.
- Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
Diagnosis Preeklamsia
Diagnosis dari preeklamsia ditegakkan saat:
- Tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg atau bahkan lebih.
- Protein (+) pada urine.
Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengetahui adanya:
- Gangguan fungsi hati.
- Rendahnya jumlah trombosit.
- Gangguan fungsi ginjal.
- Penumpukkan cairan di paru-paru.
Selain itu gejala lain seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, dan bengkak pada wajah dan ekstremitas juga perlu dicari. USG dan kardiotokografi pada bayi juga mungkin akan disarankan dokter untuk dilakukan guna mengetahui kondisi janin.
Pengobatan Preeklamsia
Penanganan preeklamsia yang paling efektif adalah dengan melahirkan janin yang berada di dalam kandungan. Sebelum proses kelahiran, biasanya ibu akan diberikan beberapa obat-obatan yaitu:
- Obat penurun tekanan darah.
- Obat penambah hormon steroid untuk membantu proses pematangan paru pada bayi. Namun, obat ini baru bisa memberikan efeknya apabila diberikan paling sedikit dalam 48 jam.
- Obat anti-kejang perlu diberikan karena ibu dalam kondisi preeklampsia sangat mudah sekali jatuh ke dalam kondisi eklampsia. Saat ibu hamil mengalami eklampsia, ia akan mengalami kejang.
Pencegahan Preeklamsia
Pencegahan preeklamsia masih sulit dilakukan. Studi menyatakan bahwa dengan modifikasi dari gaya hidup seperti restriksi kalori, membatasi asupan garam, mengonsumsi bawang putih, serta mengonsumsi vitamin C dan E, tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dalam upaya pencegahan preeklampsia ini.
Pada beberapa kasus, ibu hamil dapat menurunkan risiko mengalami preeklampsia dengan cara:
- Mengonsumsi obat aspirin dosis rendah.
- Mengonsumsi suplemen kalsium.
Namun, sebelum memulai untuk mengonsumsi obat dan suplemen, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter, karena konsumsi kedua hal di atas tidak dapat diberikan pada siapa saja. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol gula darah dan berat badan saat merencanakan kehamilan.